Dirundung ruang pengap, gelap, hitam, pelit cahaya aku nyebutnya; ruang jiwa q tk mampu ku hibur; apalgi terhibur. Aku dendam; aku benci akan keadaan yang menimpaku. Tapi haruskah aku jadi pendendam? Percuma, kata nasihat ulama. Dendam itu dosa. Tapi itulah duniaku......... Burung ku panggil tak lagi menyhut panggilanku; padahal aku bisa bhsnya brung. aku di tinggalkan....tapi aku harus menyambutnya. itulah kesunyianku...............
Minggu, 06 September 2009
Menyambut Kesunyian
Rasa galau semkin bergelantungan di dalam rohku, tak tahu tapi itulah. Ingin aku menghujat; tapi itu bisa merusak dunia. Seperti TUhan tak berpihak dengan ku! Tiada sebutir pasir pun yang ada ditanganku. Pasir di depan mata tapi telh dihembus oleh angin berlari jauh meski hanya sepoaian. Risih aku dengan dunia, benci aku dengan pasir; benci aku dengan angin. Perjalanan yang ku tempuh seperti tidak berguna; hasilnya tak pernah ku panen bila ku berkebun sepertinya.
Dirundung ruang pengap, gelap, hitam, pelit cahaya aku nyebutnya; ruang jiwa q tk mampu ku hibur; apalgi terhibur. Aku dendam; aku benci akan keadaan yang menimpaku. Tapi haruskah aku jadi pendendam? Percuma, kata nasihat ulama. Dendam itu dosa. Tapi itulah duniaku......... Burung ku panggil tak lagi menyhut panggilanku; padahal aku bisa bhsnya brung. aku di tinggalkan....tapi aku harus menyambutnya. itulah kesunyianku...............
Dirundung ruang pengap, gelap, hitam, pelit cahaya aku nyebutnya; ruang jiwa q tk mampu ku hibur; apalgi terhibur. Aku dendam; aku benci akan keadaan yang menimpaku. Tapi haruskah aku jadi pendendam? Percuma, kata nasihat ulama. Dendam itu dosa. Tapi itulah duniaku......... Burung ku panggil tak lagi menyhut panggilanku; padahal aku bisa bhsnya brung. aku di tinggalkan....tapi aku harus menyambutnya. itulah kesunyianku...............
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar